Kamis, 13 Maret 2014

Teori Komunikasi

adalah sebuah konseptualisasi tentang fenomena-fenomena atau berbagai kejadian atau peristiwa komunikasi yang terjadi dalam hidup manusia.

Pengertian Teori Komunikasi dari para ahli


  • BORMAN, 1989
    Teori Komunikasi adalah satu perkataan atau istilah yang merupakan payung untuk semua perbincangan dan analisis yang dibuat secara berhati-hati, sistematik dan sadar, tentang komunikasi.
  • LITTLE JOHN, 1996
    Teori Komunikasi adalah suatu teori atau sekumpulan "pemikiran kolektif" yang didapati dalam keseluruhan teori terutama yang berkaitan dengan proses komunikasi itu sendiri.
  • CRAGAN & SHIELDS, 1998
    TEORI Komunikasi merupakan hubungan diantara konsep teoretikal yang membantu memberi, secara keseluruhan ataupun sebagian saja keterangan, penjelasan, penerangan, penilaian ataupun ramalan tindakan manusia berdasarkan komunikator (orang) berkomunikasi (bercakap, menulis, membaca, mendengar, menonton dan sebagainya) untuk jangka masa tertentu melalui media.
Jenis-jenis pengertian Teori Komunikasi menurut Littlejohn

Berdasarkan metode penjelasan serta cakupan objek pengamatan, secara umum teori-teori komunikasi dibagai menjadi 2. Yaitu :
  1. Teori-teori umum
  2. Teori-teori konstekstual
Namun kali ini saya hanya membahas teori-teori umum saja. Teori-teori umum terbagi menjadi 4, yaitu :

Teori Fungsional dan Struktural

Teori ini dibangun berdasarkan asumsi dasar, antara lain :
  • Masyarakat adalah organisme kehidupan.
  • Masyarakat memiliki sub-subsistem kehidupan.
  • Masing-masing subsistem memiliki fungsi yang berbeda.
  • Fungsi-fungsi subsistem saling memberi kontribusi kepada subsistem lainnya.
  • Setiap fungsi akan terstuktur dalam masyarakat berdasarkan fungsi masing-masing.
Keduanya memiliki titik penekanan yang berbeda. Pendekatan strukturalisme yang berasal dari linguistik, menekankan pengkajiannya pada hal-hal yang menyangkut pengorganisasian bahasa dan sistem sosial dan fungsionalisme yang berasal dari biologi, menekankan pengkajiannya tentang cara-cara pengorganisasian dan mempertahankan sistem.
Kedua pendekatan ini juga memiliki beberapa persamaan karakteristik sebagai berikut :

  • Keduanya sama-sama lebih mementingkan stabilitas dalam kurun waktu tertentu daripada perubahan dalam kurun waktu tertentu.
  • Kedua pendeketan ini sama-sama mempunyai kecenderungan memusatkan perhatiannya pada akibat-akibat yang tidak diinginkan daripada hasil-hasil yang sesuai tujuan.
  • Keduanya sama-sama mempunyai kepercayaan bahwa realitas itu pada dasarnya objektif dan independen.
  • Keduanya juga sama-sama bersifat dualistik, karena keduanya memisahkan bahasa dan lambang dari pemikiran-pemikiran dan objek-objek yang disimbolkan dalam komunikasi.
  • Keduanya sama-sama memegang prinsip teori kebenaran yang sesuai.
Teori Behavioral dan Knognitif

Menurut Sendjaja (2002: 1-23), sebagaimana halnya dengan teori-teori behavioral dan kognitif juga merupakan gabungan dari dua tradisi yang berbeda. Asumsinya tentang hakikat dan cara menemukan pengetahuan juga sama dengan aliran strukturalis dan fungsional.

Pendekatan utama antara aliran behavioral dan kognitif dengan aliran strukturalis dan fungsional hanya terletak pada fokus pengamatan serta sejarahnya. Apabila dilihat dari sosiologi dan ilmu-ilmu sosial lainnya, teori ini lebih memusatkan pengkajiannya pada hal-hal yang menyangkut struktur sosial dan budaya. Sementara apabila dilihat dari psikologis dan ilmu-ilmu pengetahuan behavioralis lainnya, cenderung memusatkan pengamatannya pada diri manusia secara individual.
Teori-teori Konvensional dan Interaksional

Teori ini berpandangan bahwa kehidupan sosial merupakan proses interaksi yang membangun, memelihara serta mengubah kebiasaan-kebiasaan tertentu, termasuk dalam hal ini bahasa dan simbol-simbol. Komunikasi menurut teori ini dianggap sebagai alat perekat masyrakat. Kelompok teori ini berkembang dari aliran pendekatan "interaksionisme simbolik", sosiologi dan filsafat ordiner.
Teori-teori Kritis dan Interpretif

Mengacu pada pandangan sendjaja (2002), bahwa kelompok teori ini gagasan-gagasaanya hanya berasal dari berbagai tradisi, seperti sosiologi interpretatif, pemikiran Max Weber, Fenomenologi dan Hermenetik, Marxisme dan aliran Frankurt School, serta sebagai pendekatan tekstual, seperti teori-teori retrotika, biblica, dan kesusasteraan.


Tradisi dalam komunikasi

Robert Craig membagi dunia komunikasi kedalam 7 tradisi pemikiran, yaitu :
  1. Tradisi Semiotik
    Tradisi Semiotik atau penyelidikan simbol-simbol, membentuk tradisi pemikiran yang penting dalam teori komunikasi. Tradisi Semiotik terdiri atas sekumpulan teori tentang bagaimana tanda-tanda merepresentasikan benda, ide, keadaan, situasi, perasaan, dan kondisi diluar tanda-tanda itu sendiri. Tradisi ini mempunyai pengaruh yang kuat pada hampir semua perspektif yang sekarang diterapkan pada teori komunikasi.
    Semiotik dibagi kedalam tiga wilayah kajian, yaitu :
    Semantik berbicara tentang bagaimana tanda-tanda berhubungan dengan yang ditunjukannya atau apa yang ditunjukan oleh tanda-tanda.
    Sintaktik kajian hubungan diantara tanda-tanda. Tanda hampir tidak dapat berdiri sendiri.
    Pragmatik memperlihatkan bagaimana tanda-tanda membuat perbedaan dalam kehidupan manusia atau penggunaan praktis serta berbgai akibat dan pengaruh tanda pada kehidupan sosial.
  2. Tradisi Fenomenologis
    Berasumsi bahwa orang-orang secara aktif menginterpretasi pengalaman-pengalaman dan mencoba memahami dunia dengan pengalaman pribadinya. Jadi fenomenologi merupakan cara yang digunakan manusia untuk memahami dunia melalui pengalamannya langsung.
    Tradisi Fenomenologis terbagi menjadi 3 bagian, yaitu :
    Fenomenologi Klasik biasanya dihubungkan dengan Edmund Husscrl, pediri fenomenologi modern. menurutnya kebenaran hanya dapat diyakinkan melalui pengalaman langsung dengan catatan kita harus disiplin dalam mengalami segala sesuatu. Pendektan Husserl dalam fenomenologis sangat objektif.
    Fenomenologi persepsi Maurice Merleauponty, tokoh penting dalam tradisi kedua ini beranggapan bahwa pengalaman itu subjektif bukan objektif. Dan menentang objektivitas sempit Husserl.
    Fenomenologi Hermeneutik hampir mirip dengan feneomenologi persepsi akan tetapi, tradisinya lebih luas dalam bentuk penerapan yang lebih lengkap pada komunikasi.
  3. Tradisi Sibernetika
    Sibernetika merupakan tradisi sistem-sistem kompleks yang didalamnya banyak orang saling berinteraksi, mempengaruhi satu sama lainnya. Teori ini menjelaskan bagaimana proses fisik, biologis, sosial, dan perilaku bekerja.
    Tradisi ini mempunyai variasi sistem, antara lain :
    Teori sistem dasar (basic sistem theory) adalah format dasar. pendekatan ini melukiskan seperti sebuah struktur yang nyata bisa dianalisa dan diamati dari luar.
    Teori sistem umum (General Sistem theory) sistem ini menggunakan prinsip untuk melihat bagaimana sesuatu pada banyak bidang yang berbeda menjadi selaras antara satu dengan yang lainnya.
    Sibernetika tingkat kedua (Second Order Cybernetics) meyakini bahwa para peneliti tidak pernah dapat melihat bagaimana sistem bekerja dengan berada diluar sistem itu sendiri karena peneliti selalu diikat secara sibernetika dengan sistem yang observasi. 
  4. Tradisi Sosiopsikologis
    Kajian individu sebagai makhluk sosial merupakan tujuan dari tradisi sosiopsikologis (sociopsychological). Berasal dari kajian psikologi sosial, tradisi ini memiliki tradisi yang kuat dalam komunikasi. Teori-teori tradisi ini berfokus pada perilaku sosial individu, variabel psikologis, efek individu, kepribadian dan sifat, persepsi, serta kognisi. Tradisi ini dibagi kedalam 3 cabang besar, yaitu :
    Perilaku teori ini berkonsentrasi pada bagaimana manusia berprilaku dalam situasi-situasi komunikasi. Teori ini berkaitan dengan beberapa variabel seperti sifat pribadi, perbedaan situasi danpembelajaran.
    Kognitif teori ini berkonsentrasi pada bagaimana individu memperoleh, menyimpan, dan memproses informasi dalam cara yang mengarahkan output perilaku.
    Biologis karena kajian genetik diasumsikan menjadi semakin penting, maka para ahli psikologi dan ahli teori perilaku pun tertarik dalam efek-efek fungsi dan struktur otak, neurochemistry, dan faktor genetik dalam menjelaskan perilaku manusia. para ahli percaya bahwa banyak dari sifat, cara berfikir, dan perilaku individu diikat secara biologis dan didapat bukan hanya dari pembelajaran atau faktor-faktor situasi, melainkan pengaruh-pengaruh neurobilogis sejak lahir.
  5. Tradisi Sosiokultural
    Pendeketan sosiokultural terhadap teori komunikasi menunjukan cara pemahaman kita terhadap makna, norma, peran dan peraturan yang dijalankan secara interaktif dalam komunikasi. Teori ini menjelaskan bahwa realitas bukanlah seperangkat susuna diluar kita , tetapi dibentuk melalui proses interaksi didalam kelompok, komunitas dan budaya. Tradisi ini memiliki beragam sudut pandang yang berpengaruh, antara lain :
    Paham interksi simbolis (symbolic interactionism) melalui penelitian Herbert Blumer dan George Herbert Mead yang menekankan pentingnya observasi partisipan dalam kajian komunikasi sebagai cara dalam mengeksplorasi hubungan-hubungan sosial.
    Paham konstruktivisme sosial (sosial constructionism) sudut pandang ini telah melakukan penyelidikan tentang bagaimana pengetahuan manusia dibentuk melalui interksi sosial.
    Sosiolinguistik hal penting dalam tradisi ini adalah bahwa manusia menggunakan bahasa secara berbeda dalam kelompok budaya dan kelompok sosial yang berbeda.
    Filosofi bahasa karena manusia mengikuti aturan-aturan dalam mengerjakan sesuatu melalui bahasa, maka filsuf asal Australia mencetuskan sudut pandang ini, menyarankan bahwa makna bahasa bergantung pada penggunaan nyatanya.
    Etnografi pendekatan ini melihat bentuk-bentuk komunikasi yang digunakan dalam kelompok sosial tertentu, kata-kata yang mereka gunakan, dan apa maknanya bagi mereka, sebagaimana makna-makna bagi keragaman perilaku, visual, dan respons audio.
    Etnometodologi pendekatan ini melihat bagaimana kita mengelola dan menghubungkan perilaku dalam interaksi sosial pada waktu tertentu.
  6. Tradisi  Kritik
    Teori ini menyangkut bagaimana kekuatan, tekanan, dan keistimewaan sebagai hasil dari bentuk-bentuk komunikasi tertentu dalam masyarakat, membuat tradisi kritik menjadi penting dalam kajian teori komunikasi saat ini.
    Teori-teori kritik ini sangat luas, sehingga teori-teori tersebut selalu sulit ditempatkan dan dikelompokan dalam keseluruhan teori komunikasi. Yang akan saya bahas sekarang adalah cabang-cabang pokok: 
    Marxisme adalah cabang induk dari teori kritik. Marx mengajarkan bahwa cara-cara produksi dalam masyarakat menentukan sifat dari masyarakat. Oleh karena itu ekonomi adalah dasar dari semua struktur sosial.
    The Frankfurt School of Critical Theory adalah cabang kedua dari teori kritik dan faktanya sangat bertanggung jawab terhadap kemunculan istilah critical theory. pengikut aliran ini percaya bahwa demi kebutuhan akan integrasi diantara kajian khusunya, filosofi, sosiologi, ekonomi, dan sejarah untuk mempromosikan filosofi sosial yang luas atau teori kritik yang mampu menawarkan pengujian yang komprehensif akan kontradiksi dan interkoneksi dalam masyarkat.
    Post-Modernisme aliran ini menolak "elitisme, puritanisme dan sterilitas" , rasional karena pluralisme, relativitas, kebaruan (novelty), kompleksitas, dan kontradiksi. Kontribusi Jean-Francois Lyotard terhadap Post-Modernisme merupakan penolakan terdahap cerita-cerita hebat tentang kemajuan dan tidak ada lagi kisah-kisah yang diceritakan yang masuk akal dalam suatu budaya.
    Kajian Budaya kajian ini tampak sebagai cabang penting post-modernisme pada tradisi kritik. Para ahli kajian budaya sama-sama membahas ideologi yang mendominasi sebuah budaya, tetapi memfokuskan pada perubahan sosial dari hal yang menguntungkan didalam budaya itu sendiri.
    Post-Strukturalisme biasanya dikonsepkan sebagai bagian dari proyek post-modern karena post-strukturalisme mengolah usaha modern dalam menemukan kebenaran-kebenaran universal, naratif, metode dan makna yang digunakan untuk mengenal dunia.
    Post-Kolonialisme mengacu pada kajian "semua kebudayaan dipengaruhi oleh proses kekaisaran dari era kolonialisasi sampai hari ini". inti dari kajian ini adalah gagasan yang dikemukakan oleh Edward Said bahwa proses penjajahan menciptakan "kebedaan" yang bertanggung jawab bagi gambaran yang distereotipkan pada populasi bukan kulit putih.
    Kajian Feminis kajian ini lebih dari sekedar kajian gender. Akan tetapi feminis berusaha menawarkan teori-teori yang memusatkan pada pengalaman wanita dan untuk membicarakan hubungan antara kategori-kategori gender dan sosial lainnya, termasuk ras, etnik, kelas, dan seksualitas.
  7. Tradisi Retorika
    Pada abad ke-5  sebelum masehi di Yunani Kajian Retrotika secara umum didefinisikan sebagai simbol yang digunakan manusia. Pada awalnya, ilmu ini berhubungan dengan persuasi, sehingga retorika adalah seni penyusunan argumen dan pembuatan naskah pidato. Kemudian berkembang sampai meliputi proses "adjusting ideas to people and people to ideas"  dalam segala jenis pesan.
    Fokus dari retorika telah diperluas bahkan lebih mencakup segala cara manusia dalam menggunakan simbol untuk mempengaruhi lingkungan disekitarnya dan untuk membangun dunia tempat mereka tinggal. Tradisi ini terbagi menjadi beberapa bagian antara lain :
    Klasik asal retorika di zaman klasik, dari abad ke-5 sampai ke-1 sebelum masehi, terjadi pertarungan antara dua aliran yaitu Sophist dan filosof yang mana aliran sophist beranggapan bahwa beragumen untuk memenangkan suatu perkara melalui retorika tidak peduli apakah itu benar atau tidak dan aliran filosof beranggapan bahwa retorika hanya digunakan untuk berdialog untuk mendapatkan kebenaran yang absolute.
    Pertengahan (400-1400 Masehi) pada era ini study tentang retorika berfokus  pada pengaturan gaya. Retorika pada zaman itu telah merendahkan praktik dan seni pagan, serta berlawanan dengan Kristen yang memandang kebenaran itu sendiri sebagai sebuah keyakinan.
    Renaissance (Sekitar 1300-1600 Masehi) yang disokong oleh Zaman Pertengahan, memandang sebuah kelahiran kembali dari retorika sebagai filosofi seni. Para penganut Humanisme yang tertarik dan berhubungan dengan semua aspek dari manusia, biasa menemukan kembali teks retorika klasik dalam sebuah usaha untuk mengenal dunia manusia.
    Pencerahan (1600-1800 Masehi) Pada masa ini retorika menjadi sarana untuk mengetahui suatu atau menyampaikan suatu kebenaran. Hal ini menjadikan retorika kembali bercitra baik seperti saat ini.
    Kontemporer Pada abad ke-20 retorika kontemporer yang mengiringinya. Era ini ditandai dengan memanfaatkan media massa untuk menyampaikan suatu pesan baik secara verbal maupun visual.
    Post-Modern Muncul pada akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21. Aliran ini merupakan alternative yang dimulai dari asumsi yang berbeda, nilai acuan yang berbeda dan untuk menghasilkan suatu retorika yang berbeda pula.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar